TARUB – Banyaknya industri pelapisan logam berdampak pada tingginya kandungan timbal/PB di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal, hal ini terkuak setelah Politeknik Purbaya Tegal bekerjasama dengan Organisasi Pure Earth Unicef melakukan uji sampling kandungan tanah yang mengandung timbal/PB
Uji sampling ini di lakukan pada 5 April 2023 di 19 titik di Desa Mangunsaren menunjukkan hasil di semua titik kandungannya lebih dari 100 ppm atau diatas standar baku.
Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Tegal bersama Karang Taruna Kabupaten Tegal, LSM Pupuk, Yayasan Rukun, Pemerintah Desa Mangunsaren, Ketileng, Purbasana dan Kertaharja menginisiasikan penanganan limbah B3 dengan cara menanam puluhan pohon glagah dan mendeklarasikan konsorsium sampah, di Desa Mangunsaren , Selasa (16/05/2023) pagi.
Ketua Panitia Edi Sulistiyanto yang juga menjabat sebagai Ketua Karang Taruna Kabupaten Tegal mengungkapkan, tujuan kegiatan ini karena prihatin dengan kondisi tersebut pihaknya berinisiatif menanam puluhan pohon glagah melakukan deklarasi konsorsium sampah.
“Sementara ini semua kegiatan dilakukan secara swadaya karena terkait hajat hidup orang banyak, ini sebuah masalah dan perlu penataan lingkungan yang sehat,” tutur Edi.
Acara ini menurutnya untuk menyambut Hari Jadi Kabupaten Tegal ke 422 dan konsorsium ini baru pertama ada di Indonesia yakni pengolahan sampah yang lengkap yakni sampah organik, non organik dan limbah B3.
“Di Jombang dan Banyumas hanya pengolahan organik dan non organik, namun disini sudah melakukan penanganan limbah B3 dimana dampaknya ke depan terkait tumbuh normal anak atau bisa mencegah stunting,” tandas Edi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tegal Widodo Joko Mulyono yang saat itu menghadiri sangat mendukung gerakan ini, dia mengatakan bahwa inilah agen-agen perubahan dan mengapresiasi adanya konsorsium sampah ini.
“Tanpa adanya agen perubahan ini hanyalah formalitas saja, apalagi ini yang ditangani adalah yang berdampak pada jiwa manusia dan lingkungan hidup,” katanya.
Menurutnya, Pembangunan berbasis lingkungan hidup harus dimulai dari sekarang, dan pembangunan berkelanjutan sudah mulai diterjemahkan oleh pemerintah desa.
“Anggaran perubahan yang pada tahun 2022 sempat dead lock pihaknya tetap meloloskan anggaran untuk program lingkungan hidup karena menyangkut hajat hidup orang banyak,” ujar Sekda Joko.
Joko melanjutkan, mengapa berkelanjutan, karena kita tidak bekerja sendirian pihaknya akan menggandeng pemerintah pusat dan provinsi, pihak lain dan ini akan dimasukkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tegal.
“Saya menyambut baik apa yang sudah dirintis oleh 4 desa dengan membentuk konsorsium penanganan sampah dan limbah B3 dan diperkuat dengan deklarasi yang berpedoman pada penanganan sampah berbasis masyarakat dan ekonomi kreatif. Kalau bisa semua sampah bisa menjadi produksi sehingga sampah tidak perlu sampai TPA di Desa Penujah,” tandasnya.
Dia optimis, Pemkab tidak akan meninggalkan ini karena ini program yang sangat luar biasa, lingkungan akan menjadi basis pembangunan yakni pembangunan berwawasan lingkungan.
“Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah merintis penanaman pohon gelagah yang bisa menyerap 40 persen efek limbah PB,” pungkasnya.
Pada acara terakhir Sekda Joko bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muchtar Mawardi dan Konsorsium Sampah melakukan penanaman puluhan pohon glagah di beberapa titik di Desa Mangunsaren karena tanaman gelagah berdasarkan peneliti dari IPB efektif mengurangi efek timbal/PB hingga 40 persen.