Aksi kolaborasi fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) pemerintah daerah dan swasta dalam program pencegahan dan pengendalian tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Tegal dinyatakan terbaik di Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah memberikan piagam penghargaan kepada Kabupaten Tegal sebagai kabupaten/kota terbaik pertama dalam implementasi public private mix TBC di Jawa Tengah tahun 2024.
Penyerahan penghargaan ini dilakukan saat berlangsung Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Implementasi Program Public Private Mix (PPM) TBC yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah di Hotel Belviu, Dago, Bandung. Rabu (16/10/2024).
Informasi tersebut disampaikan Kepala Bidang Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) Dinkes Kabupaten Tegal Sarmanah Ady Muraeny kepada jurnalis, Senin (04/11/2024).
Selain penghargaan kepada daerah, Dinkes Provinsi Jawa Tengah juga memberikan dua penghargaan lainnya yaitu kepada RSUD dr. Soeselo Slawi sebagai rumah sakit pemerintah dan Rumah Sakit Umum Mitra Siaga sebagai rumah sakit swasta. Keduanya dinyatakan sebagai fasyankes terbaik pertama dalam kontribusi program pencegahan dan pengendalian TBC di Jawa Tengah tahun 2024.
Capaian ini menurut Sarmanah tidak terlepas dari upaya pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal dalam mengkoordinasikan seluruh fasyankes mendukung program pencegahan dan penanganan TBC, termasuk pencatatan dan pelayanannya.
Jumlah temuan kasus TBC SO atau sensitif obat di Kabupaten Tegal tahun 2024 ini mencapai 4.708 kasus, atau lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2023 sebanyak 5.088 kasus dan tahun 2022 sebanyak 4.448 kasus.
Dari temuan kasus tersebut, sebanyak 4.447 orang diantaranya kini ini mulai melakukan pengobatan , di mana 1,057 kasus merupakan TBC anak, 63 TBC resisten obat dan selebihnya adalah TBC ronsen.
“Tahun 2024 ini kita menemukan 164 kasus meninggal dunia akibat TBC. Sedangkan jumlah kontak orang yang dinyatakan TBC laten atau orang yang terkena TBC tapi tidak menunjukkan gejala ada 828 orang yang kemudian kita beri TPT atau terapi pencegahan tuberkulosis,” ungkapnya.
Sarmanah juga menyebutkan, penularan penyakit dari infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis ini berawal dari droplet yang menyebar melalui udara yang dikeluarkan oleh seseorang pengidap TBC saat bersin, batuk, tertawa, atau mengembuskan napas.
Agar terhindar dari infeksi penyakit ini, Sarmanah menganjurkan setiap orang memakai masker dan menghindari kerumunan, serta memperhatikan sirkulasi udara di sekitar. Sedangkan untuk bayi, langkah pencegahan biasanya dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG.
“TBC ini cukup memprihatinkan, di sisi pengobatannya yang membutuhkan waktu yang cukup lama, TBC juga bisa mengakibatkan kondisi stunting pada anak. Dari data yang kita himpun, 65 persen anak yang mengalami stunting di Kabupaten Tegal, dicurigai ini akibat TBC,” katanya.
Gejala seseorang yang terpapar bakteri TBC biasanya mengalami batuk berdahak berwarna kuning lebih dari seminggu, nafsu makan berkurang, sesak nafas, sering keluar keringat di malam hari, dan demam.
Sebetulnya, banyak jenis penyakit yang ditularkan oleh bakteri tuberkulosis ini, seperti TBC paru, tulang, usus, hingga kelenjar. Namun yang paling banyak ditemukan adalah TBC paru. Untuk pengobatannya memerlukan waktu sekitar enam bulan sampai sembuh. Sehingga jika ada warga yang mengalami gejala serupa agar segera memeriksakan diri ke fasyankes terdekat.
Jika dinyatakan positif TBC, maka orang-orang di sekitarnya juga akan dilakukan pemeriksaan atau investigasi kontak, minimal delapan orang. Ia berpesan agar masyarakat bisa mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi agar memiliki kekebalan atau imun yang kuat untuk melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit.
“Pengobatan TBC ini gratis dan pasien TB bisa sembuh asal patuh,” pungkasnya ( *** )